Rabu, 24 Agustus 2011

kazakhtan

Kazakhstan adalah sebuah negara yang terletak di Asia Tengah, merupakan negara ke-9 terbesar wilayahnya di dunia. Negara ini sarat dengan multi budaya, yaitu perpaduan antara kekuatan Turki dan Mongol. Rentang waktu yang panjang kedua suku bangsa tersebut menguasai Kazakhstan sejak abad ke-6 hingga abad ke-18, mempunyai pengaruh besar terhadap suku bangsa yang mendiami Kazakhstan saat ini. Secara genetik, mereka adalah percampuran antara suku bangsa Turki dan Mongol. Pada abad ke-17, para pedagang dan tentara Rusia mulai memasuki Kazakhstan, dan pada akhirnya mereka menguasai negara ini hingga abad ke-20.
Dengan luas wilayah 2.717.300 km2, setara dengan empat kali luas wilayah negara bagian Texas Amerika Serikat, Kazakhstan mempunyai iklim kering, dingin di musim dingin dan panas di musim panas. Negara ini berbatasan dengan Rusia, Cina, Kyrgyzstan, Turkmenistan dan Uzberkistan. Berpenduduk sekitar 15.185.844 orang, terdiri dari berbagai suku, antara lain Kazakh, Rusia, Ukraina, Uzbek, Jerman, Tatar, Uygur, mayoritas beragama Islam (47%), Rusia Ortodox (44%) dan lainnya 9%. Angka pertumbuhan penduduk rata-rata 0,3% per-tahun, angka kelahiran 15,78 per-1000, dan angka kematian 9,46 per-1000. Bahasa nasional mereka adalah Kazakh, di samping bahasa Rusia yang dipergunakan untuk bisnis dan bahasa antar etnik.
Ekonomi
Ketika Kazakhstan ditaklukkan Uni Soviet pada abad ke-18, dan menjadi salah satu republik di lingkungan negara federal Uni Soviet tahun 1936, Kazakhstan dikenal dengan sebutan ‘virgin lands’, artinya secara harfiah, banyak tanah di Kazakhstan yang belum tersentuh, khususnya pemanfaatannya dalam bidang pertanian. Baru pada era tahun 1950-1960, Uni Soviet mengeksplorasi tanah perawan tersebut menjadi lahan pertanian. Setelah memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada tahun 1991, pemerintah Kazakhstan bergerak cepat untuk memanfaatkan sumberdaya alam, seperti minyak dan gas serta sektor pertambangan lainnya untuk dijadikan sebagai sumber devisa negara. Dan pada tahun 1995-1997 pemerintah mencanangkan program reformasi ekonomi dan privatisasi, dan hasilnya dapat dirasakan ketika pada tahun 2001/02, pertumbuhan ekonominya mencapai 9,5%.
Kegiatan utama perekonomiannya didominasi oleh bidang jasa, industri dan pertanian.Tidak jauh beda dengan Azerbaijan, Kazakhstan termasuk negara yang sukses dalam mengembangkan perekonomiannya, sehingga pada tahun 2004, pertumbuhan ekonominya mencapai 9,1%, sedangkan inflasi hanya mencapai 6,9%. Income per-kapita cukup tinggi, yaitu sebesar US $ 7,800. Angkatan kerja sebanyak 7,95 juta orang, 50% diserap oleh jasa, 30% oleh industri dan 20% diserap oleh pertanian. Oleh karena itu, Kazakhstan termasuk negara makmur di Asia Tengah.
Produk pertaniannya berkisar pada padi-padian, kapas dan hewan ternak. Sedangkan industri dan hasil tambang sangat melimpah, meliputi minyak dan gas, batubara, biji besi, mangaan, seng, tembaga, titanium, bauksit, emas, perak, fosfat. belerang, besi baja, traktor dan mesin pertanian lainnya, motor elektrik, dan material konstruksi.
Komoditi eksportnya adalah minyak dan produk minyak, kimia, mesin, biji-bijian, wol, daging dan batubara. Negara tujuan eksport adalah Rusia, Bermuda, Cina, Jerman, Swiss dan Perancis. Sedangkan komoditi yang diimport adalah mesin dan peralatannya, produk metal, dan makanan olahan. Import berasal dari Rusia, Cina, Jerman dan Perancis. Indonesia belum termasuk di dalamnya. Mata uang yang digunakan adalah Tenge (KZT), dengan nilai tukar US $ 1,- senilai 136,04 tenge.
Sejarah Pemerintahan
Republic of Kazakhstan dengan ibukotanya ASTANA (d/h Almaty sebelum 1998), terbagi dalam 14 provinsi, memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada tanggal 16 Agustus 1991.
Untuk mendapatkan predikat sebagai negara merdeka, Kazakhstan telah menempuhnya dalam rentang waktu yang sangat panjang. Sejak abad ke-6 Masehi, Kazakhstan telah dikuasai oleh bangsa Turki, dan pada abad ke-8 bangsa Arab menguasai sekaligus memperkenalkan Islam.. Dinasti Abbasiyah yang berkuasa di Irak pernah menguasai pula pada abad ke-12, demikian juga dinasti Genghis Khan pada abad ke-13, hingga Kazakhstan berada di bawah kekuasaan Imperium Mongol hingga abad ke-18. Pada akhirnya dinasti Khan (Khanate) berkuasa di Kazakhstan.
Pada abad ke-17, para pedagang dan tentara Rusia mulai memasuki Kazakhstan, dan pada akhirnya mereka menguasai Kazakhstan dan negara-negara Asia Tengah lainnya hingga abad ke-20.
Perasaan nasionalisme mulai muncul, ketika pada tahun 1917 kelompok nasionalis sekuler yang dikenal dengan Horde of Alash (nama legendaris bagi bangsa Kazakhs) menginginkan pemerintahan nasional yang independen, dan mereka berhasil mewujudkannya, walaupun hanya berlangsung selama dua tahun (1918-1920). Pemerintahan ini akhirnya dilindas oleh Uni Soviet, dan Kazakhstan akhirnya dijadikan salah satu republik otonom di lingkungan Uni Soviet.
Ketika Mikhail S. Gorbachev berkuasa, 1985-1991, Gennady Kolbin ditunjuk sebagai penguasa di Kazakhstan, menggantikan Dinmukhamed Kunayev yang dianggap oleh pemerintah Moscow melakukan KKN. Namun kepemimpinan Kolbin tak disukai oleh warga Kazakhstan. Pada akhirnya kedudukan Kolbin digantikan oleh Nursultan Nazarbayev, seorang insinyur, pada tahun 1989. Ketika Gorbachev mendeklarasikan perestroika, dan diikuti oleh kemerdekaan negara-negara di bawah payung Uni Soviet, pada tahun 1990, maka pada bulan Maret 1990, Kazakhstan mengadakan pemilu multipartai, dan Nursultan Nazarbayev memenangkan pemilu tersebut. Akhirnya pada tanggal 16 Agustus 1991, Kazakhstan menyatakan kemerdekaannya, dan melepaskan diri dari cengkeraman Uni Soviet, Terpilih sebagai presiden pertama adalah Nursultan A. Nazarbayev, beliau berkuasa hingga tahun 2006 (pemilu presiden dilakukan setiap 7 tahun sekali).
Perkembangan Islam di Kazakhstan
Menurut Talgat Ismagambetov, penulis artikel Is Islamic Fundamental a Threat in Kazakhstan, Islamisasi di Kazakhstan terjadi dalam 3 (tiga) gelombang besar, pertama terjadi pada abad ke-10, kedua abad ke-19 dan terakhir pada tahun 1990. Mayoritas penganut Islam di Kazakhstan mengikuti paham Sunni (Hambali).
Islam masuk pertamakali ke Kazakhstan pada abad ke-8, ketika bangsa Arab menguasai Transoxania (Mavarannahr), suatu area di bagian selatan Kazakhstan, terletak antara sungai Syr-dar’ya dan Amu-dar’ya. Sedangkan Islamisasinya terjadi pada abad ke-9 mendedkati abad ke-10. Pada abad ini, Zoroaster, Kristen, Budha dan pagan masih banyak dianut oleh penduduk Kazakhstan. Islamisasi ini berakhir ketika Mongol menguasai Kazakhstan pada tahun 1220-an.
Gelombang kedua Islamisasi terjadi pada abad ke-18 dan 19, ketika Islam mendominasi di bidang politik. Namun Islamisasi pada gelombang kedua ini pun tidak berlangsung lama, karena faktor politik pulalah, yang membuat Islamisasi di Kazakhstan mengalami kemandegan. Faktor politik yang memberangus Islamisasi adalah kuatnya dominasi pemerintah komunis Rusia pada saat itu.
Gelombang ketiga Islamisasi terjadi pada tahun 1990, di mana Islam tumbuh dengan cepat antara tahun 1990-1995. Pembangunan masjid baru maupun menghidupkan masjid yang terbengkelai ketika komunis Soviet berkuasa dilakukan hampir seluruh kota di seluruh Kazakhstan. Edisi al-Qur’an pertama dalam bahasa Kazakhs yang didasarkan pada alfabet Cyrillic diterbitkan di Almaty pada tahun 1992. Perguruan tinggi Islam banyak didirikan, terutama untuk mengkaji literatur-literatur Arab. Dengan ghirah Islam seperti itu, banyak negara-negara Islam yang bersimpati dan akhirnya memberikan bantuan dana demi tegaknya Islam di Kazakhstan, antara lain berasal dari Turki, Mesir dan Saudi Arabia. Mereka memberikan donasi sebesar US $ 10 juta untuk membangun Pusat Kebudayaan Islam (Islamic Cultural Center) di Almaty, dan peletakan batu pertama dilakukan oleh Nursultan Nazarbayev, Presiden Kazakhstan pada tahun 1993. Walaupun Islam berkembang cukup baik di Kazakhstan setelah jatuhnya Uni Soviet, tidak secara otomatis Islam dijadikan sebagai dasar negara. Hal ini terbukti dengan diberlakukannya Konstitusi tahun 1995 yang menyebutkan bahwa Kazakhstan adalah negara sekuler.
Menyusul ditetapkannya konstitusi bahwa Kazakhstan adalah negara sekuler, pertumbuhan komunitas Islam mengalami penurunan. Padahal logikanya, Islamisasi gelombang ketiga adalah teradopsinya norma-norma, cita-cita dan ritus Islam dalam skala luas, termasuk di dalamnya Islamisasi politik. Namun, pada umumnya masyarakat Islam Kazakhstan mempunyai gairah rendah, dan pengetahuan mereka terhadap prinsip-prinsip Islam, sangat sedikit, termasuk terhadap politik Islam. Akibatnya, Islam dianggap sebagai agama formalitas, dan ini dibuktikan dari hasil poling yang dilakukan pada mahasiswa di Shymkent, Kazakhstan Selatan yang hasilnya adalah: hanya 4% dari mereka yang aktif di masjid, 18% hanya datang sekali atau dua kali dalam seminggu, 32% sekali atau dua kali dalam setahun, dan 44% tidak lebih sekali dalam setahun. Walaupun begitu, para ahli demografi memprediksi, di tahun 2015, penduduk Kazakhstan akan berjumlah 18 juta jiwa, dan 60% yang secara tradisional adalah pemeluk Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar