Selasa, 16 Agustus 2011

KOREA

Setidaknya ada sekitar 45.000 orang penganut agama Islam di Korea, tidak termasuk tenaga kerja Muslim yang bekerja di Korea. Islam juga merupakan agama yang berkembang dengan pesat di Korea Selatan. Termasuk juga pekerja-pekerja Korea yang memeluk agama Islam yang pulang dari negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi.
Di Korea Selatan, populasi orang Islam semakin meningkat sejak pengenalan agama tersebut tak lama selepas Perang Korea. Masyarakat Islam (kelahiran Korea dan asing) terpusat di sekitar Seoul.
Terdapat pertumbuhan pelan tapi nyata perpindahan orang-orang Timur Tengah (Iran, Irak, Kuwait dan Qatar) beserta Pakistan dan Malaysia ke Korea Selatan yang mayoritas beragama Islam semasa tahun 1990-an dan 2000-an, biasanya datang sebagai tenaga kerja ke negara ini.
Di balik fakta bahwa orang Islam Korea adalah masyarakat yang kecil, mereka merupakan sebagian daripada struktur berbagai agama masyarakat Korea yang merupakan penganut agama Buddha, ajaran Tao dan agama Kristenn. Islam dalam bahasa Korea adalah 이슬람 (bahasa Korea: Iseullam.
Dari pertengahan hingga akhir abad 7, pedagang-pedagang Islam telah dikenal dari Khilafah yang pergi ke negara Cina Tang serta membuat perhubungan dengan Silla, salah satu daripada Tiga Kerajaan Korea. Pada tahun 751, general Cina Gao Xianzhi telah memimpin Pertempuran Talas bagi pihak Cina Tang melawan Bani Abbasiyah namun tewas. Rujukan paling tua bagi Korea dalam karya geografi bukan Asia Timur muncul dalam Tinjauan Umum Terhadap Jalan-jalan dan Kerajaan-kerajaan oleh Ibn Khurdadbih pada pertengahan abad 9.
Perhubungan skala kecil dengan bangsa-bangsa yang mayoritas beragama Islam, khususnya orang Uyghur, terus berjalan. Satu perkataan dalam bahasa Korea bagi Islam, hoegyo (회교, 回敎) datang daripada huihe (回紇), satu nama lama Cina bagi orang Uyghur. Semasa tempoh akhir Goryeo, terdapat masjid-masjid di ibukota Gaeseong.[10] Semasa pemerintahan Mongol di Korea, orang-orang Mongol amat bergantung pada orang Uyghur untuk membantu mereka menguruskan kerajaan mereka yang luas itu karena pengalaman orang Uyghur dalam pengurusan jaringan-jaringan perdagangan yang berkembang luas.
Semasa Perang Korea, Turki mengirim tentara kedua terbanyak (setelah Amerika Serkat) untuk membantu Korea Selatan di bawah arahan PBB. Di samping sumbangan mereka dalam medan pertempuran, orang Turki juga membantu dalam kerja kemanusiaan, membantu mengurus sekolah-sekolah masa perang bagi anak-anak yatim akibat peperangan. Tidak lama selepas perang itu, beberapa orang Turki yang ditempatkan di Korea Selatan sebagai pasukan PBB mulai mengajari orang-orang Korea mengenai Islam. Persatuan Orang Islam Korea berdiri pada tahun 1955, ketika masjid pertama di Korea Selatan dibangun. Persatuan Orang Islam Korea berkembang cukup besar sehingga menjadi Persekutuan Orang Islam Korea pada tahun 1967.

Pada tahun 1962, kerajaan Malaysia telah menawarkan bantuan US$ 33,000 untuk sebuah masjid yang akan dibangun di Seoul. Walau bagaimana pun, rancangan tersebut terbantut akibat inflasi. Minat terhadap Islam mula meningkat hanya bermula pada sekitar 1970-an ketika hubungan ekonomi Korea Selatan dengan banyak negara Timur Tengah menjadi kentara. Sebagian orang Korea yang bekerja di Arab Saudi telah memeluk Islam; apabila mereka menyempurnakan lama kerja masing-masing dan pulang ke Korea, mereka memastikan bilangan orang Islam asli. Masjid Pusat Seoul akhirnya dibangun di Itaewon, Seoul pada tahun 1976. Hari ini terdapat juga masjid di Busan, Anyang, Gwangju, Jeonju and Daegu. Menurut Lee Hee-Soo (Yi Hui-su), terdapat lebih kurang 40,000 orang Islam yang berdaftar di Korea Selatan, dan lebih kurang 10.000 dianggarkan adalah penganut yang saleh.
Yayasan Muslim Korea menyatakan bahwa ia akan membuka sekolah dasar Islam yang pertama dan akan dinamakan Sekolah Dasar Putra Sultan Bin Abdul Aziz pada bulan Mei 2009 dengan maksud untuk membantu orang Islam di Korea mempelajari agama mereka dan mengikuti kurikulum yang resmi. Rancangan sedang dijalankan untuk membuka sebuah pusat kebudayaan, sekolah-sekolah menengah dan universitas. Abdullah Al-Aifan, Duta Arab Saudi ke Seoul telah mengirimkan $ 500,000 kepada yayasan tersebut bagi pihak kerajaan Arab Saudi.
Banyak orang Islam Korea mengatakan perbedaan gaya hidup mereka membuatkan mereka dapat berdiri teguh dibanding orang lain dalam masyarakat. Walau bagaimana pun, kebimbangan terbesar mereka ialah sikap trauma yang dirasakan mereka selepas peristiwa 11 September 2001, ketika banyak orang menunjukkan minat terhadap ide-ide keislaman.

Komunitas Muslim di Korea Selatan adalah komunitas yang kaya dengan keberagaman latar belakang etnis dan budaya. Komunitas Muslim di negeri yang mayoritas penduduknya beragama Budha ini, kebanyakan adalah para pekerja asing dan imigran dari berbagai negara Muslim, terutama dari kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan.
Sementara orang-orang asli Korea yang Muslim, kebanyakan adalah keturunan dari para mualaf yang masuk Islam saat berlangsung Perang Korea. "Di sini adalah beberapa orang Korea. Yang lainnya berasal dari Indonesia, Malaysia dan Uzbek. Ada juga beberapa Muslim asal AS. Muslim disini sedikitnya berasal dari 12 sampai 14 negara di dunia," kata Haseeb Ahmad Khan, pengusaha asal Pakistan yang sudah 10 tahun tinggal di Korea Selatan.
Menurut Haseeb, jumlah Muslim di Korea Selatan terus bertambah, terutama di kota besar seperti Busan. Muslim di kota ini sudah membuka sekolah Islam sendiri. "Meski sekolahnya kecil, cukup untuk mengakomodasi anak-anak mereka untuk mendapatkan pendidikan yang Islami," ujar Haseeb.
Data dari Korea Muslim Federation (KMF) yang didirikan sejak tahun 1967 menyebutkan, jumlah Muslim di Korea Selatan sekarang ini mencapai 120.000-130.000 orang, terdiri dari Muslim Korea asli dan para warga negara asing. Jumlah orang Korea asli yang Muslim sekitar 45.000 orang, selebihnya didominasi pekerja migran asal Pakistan dan Bangladesh.
Sebagai kelompok masyarakat minoritas, masjid menjadi tempat penting bagi Muslim Korea Selatan untuk saling bertemu dan bersilahturahim. Sepuluh tahun yang lalu, belum banyak masjid di negara ini. Tapi sekarang, masjid-masjid sudah banyak tersebar hampir di seluruh kota besar di Korea Selatan. Masjid terbesar adalah Masjid Sentral Seoul yang berlokasi di distrik Itaewon.
"Kami punya lebih dari 10 masjid di kota-kota besar seperti Gwangju, Busan dan Daegu. Masjid di sini bukan sekedar tempat salat tapi juga tempat berkumpul komunitas Muslim, terutama usai salat Jumat. Mereka saling bercerita dan mendengarkan satu sama lain," imbuh Haseeb.
"Contohnya, jika ada jamaah yang sakit, mereka bersama-sama datang menjenguk ke rumah sakit. Atau, jika ada yang butuh pertolongan, mereka akan mencari cara untuk bisa memberikan bantuan," sambung Haseeb.
Masjid juga menjadi pusat informasi bagi warga Korea yang ingin belajar Islam. Masjid-masjid di Korea Selatan menyediakan bahan-bahan bacaan dan audio yang diberikan gratis buat mereka yang ingin mempelajari Islam.
Sekolah Islam pertama di Korea Selatan rencananya akan dibuka bulan Maret ini. Sekolah itu dibiayai lewat dana hibah dari pemerintah Arab Saudi. Tahun 2008 lalu, Duta Besar Saudi di Seoul sudah menyerahkan dana sebesar 500.000 dollar pada KMF untuk biaya pembangunan sekolah.
Sebagai penghargaan atas bantuan Saudi, sekolah tersebut rencananya akan menggunakan nama putera mahkota Saudi Pangeran Sultan Bin Abdul Aziz. Sekolah ini juga akan menerima siswa non-Muslim. Selain memberikan mata pelajaran berdasarkan kurikulum pendidikan di Korea, sekolah yang dibiayai Saudi ini juga akan memberikan pelajaran tambahan berupa bahasa Arab, bahasa Inggris dan studi Islam.
Selain sekolah Islam, sejak tahun 2008 lalu, juga dibangun pusat kebudayaan Islam di kota Seoul. Dengan adanya sekolah dan pusat kebudayaan Islam ini, diharapkan bisa memperluas syiar Islam di Korea Selatan sekaligus meluruskan informasi-informasi bias tentang Islam dan Muslim yang diterima oleh masyarakat negeri itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar