Selasa, 16 Agustus 2011

nepal

Menyebut nama Nepal, pasti orang teringat akan pegunungan Himalaya, tentara Gurkha dan agama Hindu/Budha. Negara yang sepanjang tahun dingin, dan terkenal dengan kepiawaian penduduknya (suku Serpha) sebagai pemandu para pemanjat pegunungan Himalaya, terapit oleh dua negara besar, yaitu Cina dan India. Nepal dikenal sebagai negara dengan sistem kerajaan tertua di dunia, di mana pendiri agama Budha, yaitu Siddharta Gautama lahir pada tahun 563 sebelum Masehi. Agama Budha akhirnya dipeluk oleh orang Nepal selama berabad-abad sampai dengan tahun 200 sebelum masehi, namun akhirnya penduduk Nepal lebih memilih Hindu sebagai agama mereka. Hal ini karena adanya invasi penduduk India bagian utara yang dikenal sebagai Dinasti Gupta, pembawa agama Hindu, kepada kerajaan Licchavi di lembah Kathmandu. Dengan wilayah seluas 140.800 km2, seluas Arkansas, beriklim dingin menyengat dan bagian selatan sedikit hangat, berbatasan dengan dua negara besar, Cina dan India. Berpenduduk lumayan padat, sekitar 27.676.547 orang, terdiri dari berbagai suku, antara lain Brahman, Chetri, Newar, Gurung, Magar, Tamang, Rai, Limbu, Sherpa dan Tharu, mayoritas menganut agama Hindu (86,2%), Budha (7,8%), Islam (3,8%) dan lainnya 2,2%. Angka pertumbuhan penduduk rata-rata 2,2% per-tahun, angka kelahiran 31,45 per-1000, dan angka kematian 9,47 per-1000. Bahasa nasional mereka adalah Nepali, sedangkan bahasa Inggris dipergunakan untuk kalangan pemerintahan dan bisnis
Ekonomi
Nepal termasuk salah satu negara termiskin dan sedikit berkembang di dunia, dengan jumlah penduduk 40% di bawah garis kemiskinan. Sumber ekonomi sangat tergantung pertanian (80%) dan memberikan sumbangan 40% GDP. Kegiatan industri juga tak beranjak jauh dari produk hasil pertanian, antara lain serat sisal (jute), gula, tembakau dan padi-padian. Nepal juga mengandalkan devisa dari para turis, namun saat ini agak terkendala, karena adanya pemberontakan pra penganut Maois. Angka pertumbuhan sekitar 3% per-tahun, dengan inflasi rata-rata 2,9% per-tahun, Nepal tetap dinyatakan sebagai negara termiskin di dunia, apalagi dengan jumlah penduduk 42% di bawah garis kemiskinan, sungguh berat bagi Nepal untuk beranjak maju. Angkatan kerja sebanyak 10 juta orang (sangat kekurangan buruh yang mempunyai skill), 81% diserap oleh pertanian, dan 3% diserap oleh industri. Hasil pertanian berkisar pada padi, jagung, gandum, gula, susu, rumput hasil panen, dan daging kerbau. Sedangkan hasil industrinya berkisar pada produk turis, karpet, tekstil, produk padi, jute, dula, rokok dan semen. Hasil komoditi yang dieksport adalah karpet, baju, padi-padian, produk kulit dan produk jute. Tujuan eksport adalah India, Amerika Serikat dan Jerman. Sedangkan komoditi yang diimport adalah emas, mesin dan peralatan, minyak dan pupuk. Import berasal dari India, Cina, Uni Emirat Arab, Singapura, Saudi Arabia dan Kuwait. Indonesia belum termasuk di dalamnya. Mata uang yang digunakan adalah Nepalese rupee (NPR), dan US $ 1,- senilai 76,1414 NPR.
Sejarah Pemerintahan
Kingdom of Nepal (Nepal) dengan ibukkotanya KATHMANDU, adalah salah satu kerajaan tertua di dunia (500 sebelum Masehi), namun baru menyatakan kemerdekaannya pada tahun 1768, ketika Prithvi Narayan Shah berkuasa. Nepal terbagi dalam 14 divisi administrasi. Pada awalnya, kerajaan kuno Nepal dimula pada tahun 2000 sampai dengan 1500 sebelum Masehi, ketika suku Arya bermigrasi dari India utara ke Nepal dan mereka membentuk kerajaan-kerajaan kecil. Pada tahun 500 sebelum Masehi, berdiri kerajaan Tarai dari klan Sakya. Pada masa kerajaan Tarai inilah, tahun 563 sebelum Masehi, lahir seorang pendiri agama Budha, Siddharta Gautama, dari kerajaan Tarai (berasal dari suku Sakya). Kerajaan kuno Nepal akhirnya silih berganti, hingga akhirnya pada abad ke-5 Masehi, berdiri kerajaan Licchavi yang menjadi cikal bakal kerajaan Nepal saat ini. Dinasti Licchavi kuno yang berbasis di lembah Kathmandu ini mengalami zaman keemasan ketika dipimpin oleh Manadeva I (menguasai Nepal hingga abad ke-8). Kerajaan Licchavi digantikan oleh kerajaan Malla yang berjaya hingga abad ke-18. Dinasti Malla mengalami masa-masa kejayaan ketika Jayasthimalla, Jayajyotirmalla dan Yakshamalla memerintah (abad ke-13-15), namun mengalami perpecahan ketika anak cucu mereka berkuasa, menjadi tiga kerajaan, yaitu Bhadgaon, Kathmandu dan Patan. Pada akhir masa dinasti Malla inilah terjadi kontak pertama dengan bangsa barat, yaitu misionaris Portugis, John Cabral dan Stephen Cacella pada tahun 1628, dan dilanjutkan pada tahun 1715, oleh misi Capuchin. Setelah kerajaan Malla jatuh, pada tahun 1743, Prithvi Narayan Shah, anak cucu pendiri Kerajaan Gorkha, Dravya Shah (1559), dalam sejarah Nepal dianggap sebagai Bapak pendiri Nepal. Beliaulah yang menyatukan Nepal menjadi sebuah negara modern, dan karena beliau memerintah pada tahun 1768, maka tahun 1768 diperingati sebagai hari kemerdekaan Nepal. Pada abad ke-20, tepatnya pada tahun 1930, rakyat Nepal mulai sadar politik, dan akhirnya pada tahun 1935 muncul parpol pertama di Nepal, yaitu Praja Parishda (People’s Council), namun gagal karena diberangus oleh dinasti Rana. Namun mereka tidak patah semangat, karena pada tahun 1947 muncul partai baru, yaitu The Nepali National Congress (Nepali Rashtriya Congress) yang dimotori oleh Bishweshwar Prasad (BP) Koirala. Pada pemilu tahun 1959, ketika Raja Mahendra dari Dinasti Rana berkuasa, The Nepali Congres Party menang, dan BP Koirala membentuk pemerintahan sekaligus menjadi Perdana Menteri Nepal. Namun 18 bulan kemudian, pemerintahan Koirala dijatuhkan oleh Raja Mahendra, dan Raja Mahendra memberlakukan konstitusi baru pada tanggal 16 Desember 1962. Konstitusi baru ini memberlakukan ‘sistem panchayat’ yang pada intinya negara tanpa partai dan Raja Nepal adalah Kepala Negara yang mempunyai kekuasaan tunggal, baik di pemerintahan (kabinet) maupun parlemen. Tahun 1972, Raja Mahendra digantikan oleh putranya Raja Birendra. Ketika Raja Birendra berkuasa inilah muncul demontrasi mahasiswa anti monarki pada tahun 1979, dan akhirnya Raja Birendra tunduk pada tuntutan para demonstran. Tuntutan demonstran adalah perlu diadakan referendum nasional untuk membentuk pemerintahan dengan meneruskan sistem panchayat namun sistem ini harus dibentuk dengan cara pemilihan multipartai. Referendum dilakukan pada tahun 1980 Sistem panchayyat dengan model multipartai menang. Reformasi politik terus dijalankan, dan akhirnya pada tahun 1990 Nepal mengadopsi demokrasi parlementer. Akibat kran demokrasi yang begitu longgar, rakyat Nepal bergerak terlalu cepat, dan membuat pemerintah Nepal bertindak represif. Tindakan represif yang dilakukan pemerintah memunculkan gerakan bawah tanah yang sangat ditakuti, dikenal dengan gerakan Maoist (Partai Komunis Nepal/penganut paham Mao Tse Tung). Gerakan Maoist memaklumkan perang rakyat pada tanggal 13 Pebruari 1996, yang mengakibatkan banyak korban hingga saat ini. Tokoh terkenal Maoist Nepal adalah Dr. Baburan Bhattarai dan Pushpa Kamal Dahal (Prachanda). Pada bulan Juni 2001 adalah bulan naas bagi keluarga kerajaan, karena Raja Birendra, beserta permaisuri Aishwarya dan 11 keluarga kerajaan tewas ditembak oleh putra mahkota Dipendra. Akhirnya kekuasaan jatuh ke tangan saudara raja Birendra, yaitu Putra Mahkota Gyanendra. Raja Gayendra Bir Bikram Shah akhirnya mengontrol penuh kerajaan Nepal sejak tahun 2002, dan pada tanggal 1 Pebruari 2005, beliau diperpanjang masa jabatannya sebagai raja Nepal.
Perkembangan Islam di Nepal
Jumlah penganut Islam di Nepal tidak banyak, yaitu sekitar 3,8%, sedangkan Hindu menempati ranking pertama yaitu 86,2%, dan kedua Budha sebesar 7,8% (CIA World Fact). Dapat dibayangkan, bagaimana sulitnya kaum muslim di Nepal mengamalkan syari’at Islam. Sebagaimana direlease oleh Islamicpopulation, Islam masuk ke Nepal, ketika para pedagang Arab memasuki Nepal pada abad ke-5 Hijriyah (sekitar abad ke-11 Masehi). Muslim Nepal berbicara dalam bahasa Urdu, dan berjumlah 8%, bukan 3,8%. Mereka kebanyakan tinggal di daerah pegunungan yang berbatasan dengan India, dan sangat terbelakang dalam dunia perekonomian serta industri. Penyebabnya adalah bahwa mayoritas dari mereka tidak mempunyai kemampuan sebagai pekerja, dan hanya terbatas berkemampuan sebagai petani. Islamicpopulation juga menyatakan bahwa para penganut Islam di Nepal sangat kesulitan untuk mengamalkan ajaran Islam, khususnya hukum Islam, karena memang di Nepal tidak ada regulasi untuk itu. Sheikh Muhammad Nassir Al-Abboudy, Asisten Sekretaris Jendral Rabithah al-Alam al-Islami mengatakan bahwa kaum muslimin di Nepal tidak mampu bersaing karena keterbelakangan mereka di bidang sosial, ekonomi dan politik, termasuk tidak mampu bersaing dengan para misionaris Kristen. Para misionaris Kristen di Nepal telah berhasil membuka sekolah, klinik (rumah sakit), perpustakaan, termasuk memberikan dana segar kepada penduduk Nepal. Mereka juga mampu mengirim penduduk Nepal yang telah beralih ke Kristen (murtad) ke seminari-seminari, baik di Eropa maupun Amerika Serikat, dengan tujuan agar mereka beradaptasi dengan logika (brainwash) Kristen. Untuk mengimbangi kegigihan para misionaris Kristen tersebut, para pemuka Islam di Nepal mengajukan permohonan dana ke negara-negara Arab, khususnya Saudi Arabia dan Mesir. Dengan dana tersebut para mahasiswa muslim Nepal dapat melanjutkan studinya di Saudi Arabia dan Mesir. Ada 2 (dua) peristiwa yang membuat Islam di Nepal lebih dikenal oleh komunitas internasional:
• Terbitnya dua buah buku yang membicarakan ummat Islam di Nepal, yaitu Muslim of Nepal oleh Shamima Siddiqa (1993) dan Religious Minorities in Nepal oleh Mollica Dastider (1995). Kedua buku ini menggambarkan secara utuh tentang Islam di Nepal
• Dibakarnya Masjid Jami’ Nepal yang terletak di jantung kota Kathmandu. Pembakaran Masjid ini menyusul pembantaian 12 orang Nepal yang bekerja di Irak oleh para pejuang Irak. Pembantaian ini menimbulkan sentimen anti Islam dan anti Arab di Nepal.
Namun terlepas dari semua kesulitan, warga muslim Nepal masih menyisakan rasa kebanggaannya, ketika hari raya Idul Fitri tiba. Tak ubahnya di Indonesia, mereka saling bersilaturrahmi, memasak makanan khas serta memakai pakaian baru dan yang muda sering mendapatkan ‘zakat’ (uang) dari yang tua. Pada Shalat Ied di Kathmandu, mereka berbondong-bondong menuju Masjid Jami’ dan Masjid Kashmir di dekat taman Ratna yang menampung sekitar 20.000 hingga 30.000 orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar